06 Maret 2009

Review Pelaksanaan Program Forum Solidaritas Buruh Serang Tahun 2008


Tahun 2008, menjadi tahun yang bersejarah bagi FSBS. Bersejarah, dimana untuk pertamakalinya kalangan Pemerintah Daerah dan DPRD mengumumkan secara terbuka untuk membuat perda ketenagakerjaan. Sebuah peraturan daerah, yang diharapkan mampu memberikan perlindungan maksimal kepada buruh.

Bersejarah, karena beberapa minggu setelah pernyataan tersebut di ekspose di media massa, perwakilan buruh, pengusaha, pemerintah daerah, dan DPRD Kab. Serang mengadakan study banding ke Batam.

Bersejarah, karena dalam suatu kesempatan audiensi/hearing Komisi B DPRD Serang berjanji untuk membahas Perda selambat-lambatnya bulan Agustus 2008. Dan untuk kesekian kalinya sejarah itu dibuat, mengingat hingga akhir tahun 2008 ini, janji itu tak kungjung ditepati.

Memperhatikan peristiwa demi peristiwa di atas, semakin mempertebal semangat kami, bahwa perjuangan belum usai. Akan ada lagi hari-hari panjang, selama tahun 2009 nanti, bahkan di tahun-tahun berikutnya, untuk memperjuangkan perubahan ke arah yang lebih baik. Sulit. Namun bukan berarti tidak mungkin.

Review Pelaksanaan Program ini merupakan potret kecil perjalanan Forum Solidaritas Buruh Serang (FSBS) di tahun 2008. Kami berharap, dengan menulis kembali hasil review ini, akan memerankan fungsi mediasi antara FSBS dan relasi, antara FSBS dan stokeholder ketenagakerjaan, dan antara FSBS dengan masyarakat secara keseluruhan. Silahkan memberi komentar apa saja tentang hasil Raker kali ini. Karena FSBS percaya pada proses, perbaikan yang terus menerus.


A. Permasalahan Internal dan Rekomendasi

1. Kepengurusan
Susunan Pengurus FSBS untuk periode 2008 – 2009 yang dipilih melalui Raker pada tanggal 29-30 Desember 2007 bertempat di Gedung PKP-RI Serang adalah sebagai berikut:

Koordinator Eksekutif : Puji Santoso
Sekretaris Eksektutif : Argo P. Sujatmiko

Koordinator Program : Kahar S. Cahyono
Koordinator Hukum dan HAM : Pardiyo
Koordinator Riset dan Database : M. Syafarul
Koordinator Litbang dan Jaringan : Sarnaja
Koord. Buruh Perempuan dan Diklat : Sugianto
Koord. Publikasi, Informasi dan Humas : Asep Danawirya

Sekretaris Program : Heri Susanto
Sekretaris Hukum dan HAM : Syamsudin
Sekretaris Riset dan Database : Kamaludin
Sekretaris Litbang dan Jaringan : Ratu Masturiah
Sekretaris Buruh Perempuan dan Diklat : Puji Nurhayati
Sekretaris Publikasi, Informasi, Humas : Sohari

Bendahara I : Junaedi
Bendahara II : Isbandi Anggono

Namun, dalam perjalanannya, kepengurusan di atas tidak berjalan baik. Banyak factor yang melatarbelakangi tidak efektifnya kepengurusan ini. Diantaranya adalah perubahan secara mendasar komposisi dan SDM pengurus, yang notabene diisi oleh personil yang sebelumnya tidak memahami jati diri FSBS. Ketidakefektifan semakin diperparah dengan tidak aktifnya pimpinan puncak dalam kepengurusan. Akibatnya, sirkulasi informasi dan komunikasi antar Koordinator Bidang menjadi tersendat.

Kendati tidak berpengaruh pada kinerja FSBS secara keseluruhan, setelah seluruh mekanisme program kerja diambilah alih Koordinator Program, namun tetap saja situasi ini menimbulkan dampak psikologis dan ketidakpuasan di kalangan aktivis FSBS.

Puncaknya, dalam Rapat Kerja (Raker) FSBS tanggal 15 November 2008 (Agenda pembahasan: Evaluasi Program) memutuskan untuk membekukan pengurus periode ini. Sementara sambil menunggu terbentuknya pengurus yang baru, aktivitas FSBS dikendalikan oleh Steering Committee Raker FSBS 2008, Heri Susanto, dkk. Kedepan, pengurus FSBS harus diisi oleh orang-orang yang selama ini terbukti konsens keterlibatannya dalam setiap tahapan kegiatan forum. Disamping itu perlu dilakukan perampingan, agar terbentuk pengurus yang solid dan efektif.

2. Usulan perubahan nama FSBS
Sebagaimana dalam Raker tahun lalu, usulan untuk merubah nama FSBS juga menjadi perdebatan yang cukup seru dalam Raker kali ini. Pihak yang mengusung perubahan nama lembaga ini berdalih bahwa penggunaan nama “forum” dan “Serang” justru mengerdilkan keberadaan FSBS. Membuat FSBS tidak leluasa bergerak. Sementara pihak yang mempertahankan nama FSBS beralasan, bahwa nama ini sudah cukup dikenal. Sehingga pergantian nama hanya akan membuat langkah FSBS menjadi surut ke belakang.

Karena tidak ada kesepakatan, Raker memutuskan untuk mengambil keputusan melalui voting, yang kemudian dimenangkan oleh kelompok yang mengingingkan agar nama FSBS tetap dipertahankan.

Adapun nama-nama yang diusulkan antara lain: Solidaritas Buruh Bangkit, Pusat Solidaritas Buruh Serang, dan Lembaga Buruh Bangkit.

3. Newsletter/Majalah
Penerbitan newsletter/majalah juga menjadi pembahasan serius dalam raker kali ini. Terinspirasi oleh keterlibatan Koordinator Program FSBS sebagai Pemimpin Redaksi Majalah GARIS, dan Nursaifudin dan Heri Susanto di jajaran Dewan Redaksi. Diskusi pun mengerucut pada sebuah komitment, untuk mempersiapkan penerbitan majalah perburuhan lokal yang dikelola secara professional. Majalah ini diharapkan menjadi media kampanye dan “corong” bagi FSBS untuk menyuarakan sikapnya. Bukan hanya untuk kalangan buruh, namun majalah ini nantinya juga dikirim kepada seluruh stokeholder ketenagakerjaan di Serang.

Dalam sejarahnya, FSBS memang tidak memiliki pengalaman dalam hal media. Apa yang diklaim sebagai media oleh FSBS, Libur, bisa disebut sebagai “produk gagal”. Namun apapun itu, sebagai sebuah proses untuk menghasilkan sebuah karya yang lebih baik, tidak boleh diabaikan begitu saja.

Kedekatan FSBS dengan elit pimpinan SP/SB, politisi, kalangan birokrat dan legislatif, diyakini bisa menjadikan majalah ini akan semakin berbobot. Sekaligus menjadi kontrol sosial yang efektif. Media ini juga diyakini bisa “mengabadikan” pernyataan para tokoh, sehingga dikemudian hari kalangan buruh akan dengan mudah bisa menagih janji.

Wacana ini mendapat sambutan baik dari peserta Raker. Abu Gybran, senior FSBS mendukung penuh renacana ini, dan berharap bisa segera dibentuk susunan Dewan Redaksinya.

4. Pengangkatan Staff Full Timer
Aktivitas dan kegiatan FSBS yang semakin menggeliat, interaksi dengan berbagai pihak dan instansi yang sangat padat, juga tidak luput dari perhatian peserta Raker. Semua itu membutuhkan akurasi data dan kesiapan aktivisnya. Kesekretariatan FSBS tidak bisa lagi dilakukan disela-sela waktu luang.

Dalam kaitan dengan itu, dibutuhkan seorang staff yang akan mengupdate informasi, media kit, proses loby, dan kesekretariatan. Selama ini, prosentase terbesar aktivitas FSBS digerakkan oleh pengurus dan relawan yang tidak lagi bekerja (di pabrik). Hal ini mengingat, disamping kesibukannya di perusahaan, pengurus yang juga mempunyai agenda yang padat di organisasi SP/SB-nya masing-masing. Menjadi miris, bila kita melihat dukungan pendanaan hanya terbatas pada operasional saja, selebihnya tidak jelas. Padahal, sebagaimana yang sering dikeluhkan, mereka harus merelakan banyak waktu dan kepentingan keluarga untuk menjadi “penjaga gawang”.

Raker mengusulan untuk mengangkat seorang staff yang bekerja penuh waktu untuk FSBS; dengan memberikan kompensasi yang wajar atas jerih payahnya.

5. Kelengkapan Sarana & Sarana
Sebuah program akan berjalan dengan baik, apabila didukung sarana dan prasarana yang memadai. Kebutuhan akan sarana dan prasarana yang menunjang kerja FSBS, secara perlahan dan bertahap perlu untuk dilengkapi. Sebagai sebuah lembaga yang berproses menjadi besar, sudah saatnya FSBS tampil selayaknya lembaga besar yang lainnya.

• Pembelian Laptop
Kebutuhan terhadap laptop mencuat dari pengalaman FSBS saat memberikan presentasi saat melakukan riset, seminar, audiensi dengan Bupati, DPRD, dan sejumlah instansi lain. Banyak data dan dokumentasi tidak bisa ditampilkan secara cepat dan menyakinkan karena keterbasan media yang dimiliki FSBS.

• Kamera Digital
Kebutuhan untuk mendokumentasikan sebuah momen menjadi tantangan tersendiri. Dengan mendokumentasikan setiap kegiatan, diharapkan kegiatan tersebut bisa hidup lebih lama.

• Berlangganan Koran lokal
Kebutuhan untuk mendapatkan informasi dan kebijakan di tingkat lokal, menjadi tantangan yang harus dijawab FSBS kedepan.

• Furniture (Meja, kursi, dan lemeri arsip)
Ruang kerja yang masih “lesehan”, sangat mengganggu konsentrasi dan menjadi tidak efektif.


B. Agenda 2008
Rangkaian program kerja FSBS Tahun 2008 merupakan kelanjutan dari program serupa pada tahun-tahun sebelumnya. Berbeda dengan tahun-tahun awal berdirinya, beberapa tahun terakhir ini FSBS menyusun program secara sistematis. Ada target yang jelas. Dengan demikian kami berharap kinerja kami terukur. Sebab dari sana kami mengetahui, seberapa jauh kami sudah melangkah.

Tema besar Program Kerja FSBS adalah “Memperkuat Posisi Tawar Organisasi Buruh Dalam Mengantisipasi Dampak Labour Market Flexibility”. Adapun tujuan yang hendak dicapai dengan program tersebut adalah terbentuknya Perda Ketenagakerjaan. Sebuah perda yang diharapkan mampu membebaskan buruh kontrak dan outsourcing dari ketidakadilan hubungan industrial.

Agar tujuan tercapai, dibutuhkan strategi. Terdapat 4 (empat) strategi yang dirumuskan FSBS di dalam program kerjanya: (1) Pengembangan Organisasi; (2) Peningkatan Kapasitas; (3) Advokasi dan Kampanye; dan (4) Pengembangan Jaringan.

1. Strategi 1: Pengembangan Organisasi
Sebagai sebuah komunitas yang berjuang untuk sesuatu yang lebih baik, FSBS terus berproses untuk tumbuh dan berkembang. Kami menyadari, mantra yang ampuh untuk mencapai tujuan adalah dengan tidak berhenti. Tidak bergenti belajar, tidak berhenti berkarya.

Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin.

Sepanjang kehidupan manusia, permasalahan itu selalu ada. Orang bijak sering mengatakan, bahwa permasalahan untuk diselesaikan. Bukan untuk dijauhi.

FSBS mempunyai mekanisme yang berbeda dengan organisasi pada umumnya dalam merespon dan menyelesaikan setiap persoalan. Sebagai sebuah “forum”, FSBS tidak pernah bertumpu pada satu atau dua orang tertentu. Tidak ada hierarki pucuk pimpinan disini, semua mempunyai wewenang dan kedudukan yang sama. Semua keputusan diambil melalui forum musyawarah. Oleh karenanya, ketika ada masalah, teman-teman mempunyai rasa tanggungjawab untuk mencari jalan penyelesaian.

Kesekretariatan
Salah satu unsur penting dalam mengembangkan organisasi adalah keberadaan sekretariat. Tanpa sekretariat, organisasi apapun akan rapuh. Sebab secretariat merupakan symbol eksistensi sebuah organisasi..

Sesuai dengan hasil Rapat Evaluasi Tengah Tahun 2008, FSBS mencoba merombak paradigma berfikir. Bahwa keberadaan sekretariat bukan lagi semata-mata menyewa rumah terbuka, lalu membayar tagihan listrik, telepon, dan air. Lebih dari itu, sekretariat juga harus menjadi bagian yang penting dalam memberikan konstribusi keberhasilan bagi program FSBS. Sekretariat juga berarti pusat pengendali keseluruhan aktivitas. Tempat untuk merumuskan, merencanakan, melakukan konsolidasi, menyelenggarakan kerja-kerja administrasi, publikasi, evaluasi, dsb.

Selaras dengan besarnya pengaruh di Serang, tantangan yang dihadapi FSBS juga semakin besar. Kecepatan dalam mengidentifikasi, melakukan koordinasi dan mengambil keputusan, terkait dengan perkembangan ketenagakerjaan menjadi kebutuhan yang tak bisa ditawar-tawar. Disinilah fungsi sebuah secretariat memegang peranan yang sangat penting.



Rapat Rutin Pengurus
Meski kami menyebut pertemuan ini sebagai rapat pengurus, namun jangan dibayangkan rapat ini dihadiri seluruh pengurus FSBS. Banyak juga teman-teman yang bukan pengurus ikut hadir dalam pertemuan yang dijadwalkan 2 (dua) kali dalam sebulan ini.

Antusias teman-teman untuk ikut berpartisipasi dalam menyukseskan agenda kerja FSBS menjadi kebanggan bagi kami. Namun ada ruang yang menjadi kurang sempurna manakala dipertanyakan, mengapa sebuah komunitas sebesar FSBS, masih mempunyai pengurus yang sekedar nama?

Sebagai elemen ketenagakerjaan yang didalamnya terdiri dari berbagai individu dan kelompok dengan pemikiran yang sangat beragam, FSBS membutuhkan pengurus yang mampu menerima perbedaan secara arif dan bijaksana. Pengurus yang menyatukan.

Rapat Rutin Pengurus menjadi sarana yang efektif untuk menjembatani berbagai pemikiran tadi. Bermusyawarah. Berdiskusi dalam menentukan jalan terbaik yang akan ditempuh FSBS dalam menyelesaikan setiap persoalan..


Rapat Evaluasi Tengah Tahun
Penting untuk dicatat, adalah pelaksanaan rapat evaluasi tengah tahun yang kami selenggarakan di awal bulan Juli 2008. Pada awalnya, kami tidak mengagendakan Rapat Evaluasi Tengah Tahun ini sebagai bagian dari program kerja FSBS. Namun ditengah perjalanan kami melihat tantangan yang dihadapi FSBS semakin besar. Tantangan inilah yang memerlukan satu ruang khusus untuk melakukan penyikapan yang lebih baik.

Melalui evaluasi tengah tahun, kami ingin menatap perjalanan kedepan dengan optimis. Evaluasi tengah tahun menjadi semacam tempat perhentian, sebelum melanjutkan ke perjalanan selanjutnya. Dengan demikian kami bisa memastikan prinsip “perbaikan yang berkesinambungan” berjalan dengan semestinya.


Evaluasi dan Rapat Kerja Tahunan (Raker)
Bagi FSBS, Raker merupakan kegiatan tahunan yang sangat penting. Melalui kegiatan ini program kerja selama 1 tahun dibicarakan. Strategi untuk memastikan agar program yang disusun mencapai hasil yang diharapkan disusun. Agenda Raker yang tidak kalah menariknya adalah soal restrukturisasi kepengurusan.

Menyedari raker-raker sebelumnya belum mampu menjawab persoalan FSBS secara keseluruhan, tahun ini kami merencanakan pelaksanaan raker dari jauh-jauh hari. Banyak yang berharap kegiatan ini bukan sekedar seremonial. Sehingga benar-benar menjadi ruang bagi FSBS untuk menyusun program dengan sebaik-baiknya.


3. Strategi 2: Peningkatan Kapasitas
Peningkatan kapasitas merupakan strategi yang kami lakukan untuk mendapatkan SDM yang mumpuni. Di dalam program-program yang kami agendakan, biasanya tidak bisa kami selenggarakan dengan sempurna karena kurangnya pengetahuan teknis terkait dengan hal itu. Disinilah strategi kami yang kedua memainkan peranan.

Tahun ini, program peningkatan kapasitas tidak dilakukan sendiri oleh FSBS. Yang dilakukan FSBS adalah dengan mengirimkan fungsionarisnya dalam berbagai kegiatan pelatihan, seminar, dan lokakarya. Mengingat pengurus FSBS juga aktivis SP/SB yang berfederasi ke tingkat nasional, kegiatan ini tidak pernah sepi dilakukan.

4. Strategi 3: Advokasi dan Kampanye
Advokasi dan Kampanye merupakan kegiatan paling penting bagi FSBS sepanjang tahun. Melalui program ini, kami ingin memastikan perubahan. Kendatipun kami menyadari, bahwa terciptanya hubungan industrial yang adil tidak bisa diperoleh hanya dengan mengandalkan FSBS semata-mata. Minimal, apa yang kami lakukan menginspirasi bagi semua untuk melakukan yang lebih baik.


Pendataan/Riset Kecil
FSBS melakukan pendataan ketenagakerjaan di awal tahun. Hal ini dilakukan, untuk mengejar momentum May Day. Harapannya, pada puncak perayaan hari buruh Internasional tersebut, FSBS bisa mempublikasikan Kertas Posisi. Dalam kertas posisi inilah sikap dan pandangan FSBS akan dipaparkan secara lugas dan tegas. Oleh karena itu, peran kertas posisi dalam kampanye yang dilakukan FSBS menjadi sangat penting.

Namun disinilah permasalahan itu timbul. Waktu pendataan yang relatif pendek, membuat Tim Riset harus bekerja ekstra. Apalagi untuk mengumpulkan sekian banyak data dari komunitas buruh yang berbeda-beda. Pelajaran yang berhasil dipetik dari sini adalah pentingnya akan uraian pelaksanaan kegiatan dan waktu kerja yang lebih panjang/longgar.

Seperti halnya pendataan yang dilakukan FSBS pada tahun-tahun sebelumnya, tahun ini FSBS masih memfokuskan pada data data tenaga kerja (buruh). Seiring dengan perjalanan waktu, ada kebutuhan untuk melengkapi data-data tersebut dengan melibatkan narasumber dari Disnaker, DPRD, Pemda, Apindo, Tokoh Masyarakat, dan Akademisi (Pengamat Perburuhan). Sehingga bisa memperkaya data yang diperoleh FSBS. Disamping itu FSBS bisa memetakan permasalahan buruh Serang secara lebih detail dan akurat.

Meskipun mayoritas buruh di Serang adalah perempuan, namun kami merasa belum ada desain khusus untuk memetakan persoalan yang mereka alami. Dalam banyak hal, kegiatan yang dilakukan FSBS justru didominasi oleh laki-laki.


Analisis Data
Kegiatan menganalisis data menjadi penting, sebab dalam tahapan ini dibutuhkan kejelian dan tingkat akurasi. Data yang konkret dan menyakinkan, lebih berharga dari argumentasi sehebat apapun. Dan disinilah letak rahasia FSBS, sehingga bisa menyatukan berbagai element dan menyakinkan pihak-pihak terkait untuk segera berubah.

Kedepan, diperlukan kejelasan dalam dalam menentukan peserta yang akan diundang untuk mengikuti analisis data. Dalam hal ini, keterlibatan unsur akademisi diyakini akan memberikan “power” lebih dari kertas posisi yang akan disusun kedepan.

Kritik yang disampaikan kepada FSBS terkait kertas posisi yang dikeluarkan FSBS tahun 2008 adalah: “Didalam melakukan analisis data tidak terfokus/terarah sehingga banyak ceritanya dibandingkan bukti-bukti/data-data sehingga sehingga kertas posisi yang dibuat terlalu tebal dan tidak efektif”. Masukan ini menjadi sangat berarti bagi berbaikan di masa mendatang.


Kampanye
Kampanye yang dilakukan FSBS, bersama-sama dengan element ketenagakerjaan yang lain, sangat intens di tahun 2008. Pengurus dan relawan FSBS mendatangi DPRD, Bupati, Disnaker, Kapolres, Apindo, Himpunan Pengusaha Wilayah Serang (HIPWIS), sejumlah Partai Politik, para politisi, dan sejumlah tokoh untuk menyakinkan mereka terkait dengan dampak kebijakan labour market flexibility.

Hasilnya, wacana penolakan buruh kontrak dan outsourcing semakin menguat. Salah satunya adalah adanya komitment untuk segera membuat Perda.

5. Strategi 4: Pengembangan Jaringan
Hingga saat ini, FSBS masih mengerjakan program tindak lanjut jaringan di Bojonegara. Diantaranya adalah terkait dengan riset dan kampanye LMF. Kendati harus diakui, bahwa pelaksanaan program ini agak tersendat akibat padatnya agenda di sekretariat FSBS, namun tidak berarti kegiatan jaringan terbengkalai.

Kedepan, pengembangan jaringan harus lebih diintensifkan. Salah satunya adalah dengan jalan mengoptimalkan waktu dan pendanaan kegiatan. Diyakini, kegiatan ini akan menimbulkan daya dorong yang sangat besar dalam menyuarakan sikap FSBS.

Konsultasi Media/Siaran Pers
Diyakini atau tidak, pers ikut memberikan andil yang cukup besar dalam mempublikasikan sikap dan posisi FSBS. Untuk itu, Raker merekomendasikan agar segera disusun strategi khusus dalam bekerja bersama media.

Rapat Akbar (May Day)
Rapat akbar memberikan dampak yang luar biasa upaya mewujudkan hubungan industrial yang adil di Serang. Sebuah koran local utama di Banten menyebutnya sebagai Kado Terindah Bagi Buruh. Bagaimana tidak, sambutan, simpati dan dukungan terhadap perjuangan buruh mengalir dari berbagai pihak. Segera setelah itu, Pemerintah Kabupaten mengajak perwakilan buruh untuk melakukan study banding ke Batam, guna mendiskusikan lebih lanjut tentang apa yang disebut sebagai Perda Ketenagakerjaan.

FSBS 2008

0 komentar:

Posting Komentar

 
Kembali lagi ke atas