29 November 2009

Berjuang Melalui Tulisan (Karena Saya Ingin Menjadi Penulis Hebat)



Ada yang bertanya, sesungguhnya apa yang akan menjadi fokus perhatian saya kedepan? Sebagai penulis, aktivis serikat pekerja, peneliti, atau fokus pada karir sebagai karyawan kantoran? Setiap kali mendapat pertanyaan itu, yang pertamakali saya lakukan adalah tersenyum. Sulit untuk menjawab dengan segera, sebab sesungguhnya saya sangat menikmati semua aktivitas tersebut.

Apalagi saat ini saya masih tercatat sebagai Bendahara DPW FSPMI Provinsi Banten, Sekretaris Aliansi Serikat Pekerja Serikat Buruh Serang, Koordinator Umum Forum Solidaritas Buruh Serang, dan pernah menjadi Anggota Dewan Pengupahan Kabupaten Serang. Saya juga bekerja di bagian Manajemen Information System pada sebuah perusahaan swasta, namun juga menyempatkan diri untuk menulis. Beberapa tulisan saya dimuat di El-Ka Sabili, Fajar Banten, Radar Banten, Tangerang Tribun, dan beberapa majalah/buletin komunitas seperti Arsitek, Garis, dan Lembur.

Namun dari semua opsi di atas, yang terus menghentak-hentak diri saya adalah panggilan jiwa untuk menulis. Apapun pekerjaan saya. Setidaknya inilah yang pernah saya abadikan dalam sebuah diary, saat duduk di bangku kelas 3 SMK. Saat itu saya membuat catatan kecil tentang hal yang paling saya inginkan saat masih muda: (1) Mendapat pekerjaan yang menyenangkan; (2) Memiliki istri cantik jelita di usia muda (saya terinspirasi buku ”Kupinang Engkau dengan Hamdalah”, karya Mohammad Faudzil Adhim); (3) Menjadi penulis; (4) Memiliki rumah dengan perpustakaan kecil di dalamnya, dan (5) Mati masuk surga.

Ya, saya ingin menjadi penulis sukses. Karena itu, saya harus melakukan pembenahan terhadap mental saya. Sebab saya percaya bahwa hanya penulis hebat yang akan bisa menjadi penulis sukses. Penulis hebat tidak ditentukan oleh seberapa banyak karya kita yang sudah dipublikasikan, tapi oleh seberapa tangguh kita dalam berjuang untuk mewujudkan impian sebagai penulis sukses.

Alhamdulillah, sekarang ada buku CARA DAHSYAT MENJADI PENULIS HEBAT yang bisa memandu kita untuk menjadi penulis hebat sekaligus penulis sukses. Anda bisa mengetahuinya lebih rinci di http://www.penulishebat.com. Atau apabila anda tergabung dalam situs jejaring sosial, saya sarankan untuk berkunjung ke http://www.facebook.com/penulishebat . Ups, masih ada lagi, tepatnya di alamat ini http://www.twitter.com/penulishebat


PASANG SURUT SEMANGAT MENULIS

Di bulan Oktober – Nopember 2009 ini, saya beberapa kali menjuarai lomba kepenulisan. Sebut saja menjadi Juara Harapan ”Your Share Career Story” yang diselenggarakan konsultankarir.com, Pemenang Utama Penulisan Kesan dan Saran Pada Ulang Tahun ke-3 Harian Online Kabar Indonesia, Juara 2 Rose Heart Writing 2009, dan Terbaik 3 Lomba Resensi Buku Paris Lumiere de L`amour yang diselenggarakan Lingkar Pena Publishing.

Kendati demikian, saya masih merasa belum apa-apa. Sebabnya adalah, saya menyadari benar bahwa semangat menulis saya pasang surut. Perhatikan catatan berikut; Tahun 1999 – 2001 saya mulai menulis, karena terpaksa sebenarnya, sebagai konsekwensi keikutsertaan saya dalam Journalitic Technical Hight School yang diselenggarakan SMKN 1 Blitar. Meskipun, saat itu, tulisan saya hanya sebatas dimuat di majalah sekolah.

Pada periode itu, dengan mesin ketik yang saya pinjam dari kantor desa, saya menulis puluhan naskah untuk Jawa Post, Majalah Annida, dan Majalah Anneka Yess. Hasilnya? Tidak ada satu pun yang dimuat. Soal pinjam mesin ketik dari kantor desa tidak usah diulas panjang lebar, karena kebetulan orang tua saya sebagai Kepala Urusan (Kaur) Pemerintahan, sehingga saya memiliki akses untuk membawa pulang mesin ketik itu malam hari, dengan catatan pagi-pagi sebelum kantor desa dibuka mesin ketik itu sudah ada ditempatnya.

Setelah 5 tahun vakum dari dunia menulis, saya kembali menulis tahun 2006, dan pada medio inilah untuk pertamakalinya tulisan-tulisan saya secara berturut-turut menembuas media massa. Tulisan pertama saya di majalah El-Ka Sabili saya ketahui saat mengikuti Pekan Diskusi Perburuhan di Pandeglang-Banten, saat itu secara tidak sengaja saya melihat gadis berbaju SMA (yang kemudian saya ketahui putri pemilik hotel) membaca majalah Sabili di loby hotel tempat acara diselenggarakan. Setelah itu, hampir setiap minggu tulisan saya dimuat di berbagai media yang berbeda.

Tahun 2007 dan 2008 saya kembali tidak lagi mengirimkan satu pun tulisan ke media, dan kembali menulis pada tahun 2009 ini. Itulah sebabnya, ketika mengetahui ada buku CARA DAHSYAT MENJADI PENULIS HEBAT, saya sangat antusias. Saya berharap motivasi menulis saya tetap terjaga. Sebab buku ini bukan sekedar teori penulisan, namun lebih kepada pembenahan terhadap mental seorang penulis.

”Penulis hebat tidak ditentukan oleh seberapa banyak karya kita yang sudah dipublikasikan, tapi oleh seberapa tangguh kita dalam berjuang untuk mewujudkan impian sebagai penulis sukses,” Kata Jonru ketika mengenalkan buku ini.

Sebagai informasi, saat ini buku "Cara Dahsyat Menjadi Penulis Hebat" yang tersedia adalah berformat ebook. Versi cetak belum tersedia. Jadi buku ini belum bisa didapatkan di toko buku terdekat. Untuk versi ebook, terdapat sejumlah PENAWARAN FANTASTIS yang tidak berlaku untuk versi cetak. Misalnya, harga ebooknya hanya Rp 49.500, tapi setiap pembeli mendapat voucher diskon Rp 200.000 dari SMO. Hm, menguntungkan sekali, bukan? Apalagi, ini adalah DISKON SMO TERBESAR yang pernah diberikan. Selama ini belum pernah ada, dan tidak tersedia di tempat lain.

Selain itu, pembeli ebook ini juga mendapat gratis modul eksklusif dari SMO, didaftarkan ke Kelas SMO Free Trial, mendapat bimbingan karir di bidang penulisan dan berlaku seumur hidup, dan sebagainya. Penawaran Fantastis ini hanya berlaku untuk Paket Ebook, TIDAK BERLAKU untuk buku versi cetak. Dan penawaran ini akan ditutup sewaktu-waktu bila buku versi cetak sudah terbit. Karena itu, tentu sayang sekali bila kita melewatkan kesempatan yang sangat langka ini!"

DENGAN PENA LAWAN PENINDASAN

Sebenarnya, medio 2001 – 2005 dan 2007 – 2008 saat saya tidak mengirimkan sama sekali naskah ke media, saya tidak pernah berhenti menulis. Saya bahkan lebih banyak menulis, hal ini karena aktivitas saya di Serikat Pekerja mengharuskan demikian. Membuat surat menyurat, Pers Release, Kerangka Acuan, mengelola Majalah Garis, menyusun gugatan, dan menulis Kertas Posisi dari hasil riset yang diselenggarakan FSBS saban tahun.

Pendek kata, menulis ternyata merupakan aktivitas yang sangat dekat dengan manusia. Pantaslah bila kemudian Pramoedya Ananta Toer berkata, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam sejarah dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”

Tahun 2009 ini, saya kembali semangat menulis setelah membaca Kerangka Acuan Pelatihan Jurnalistik untuk Aktivis Serikat Buruh bertema “Dengan Pena Lawan Penindasan” yang diselenggarakan Trade Union Right Centre. Saat itu 28 April 2009.

Tulisan adalah sebuah cara untuk menyebarluaskan buah pikiran kepada orang banyak. Tulisan berfungsi untuk menjadi media informasi dan menyebarkan ilmu pengetahuan. Tulisan juga dapat berfungsi untuk menjelaskan sebuah ide/pendapat yang bertujuan untuk mempengaruhi pendapat pembaca tentang sesuatu hal. Tulisan yang dikemas dengan baik dalam bahasa yang mudah dipahami, dapat menjadi sumber inspirasi bagi pembacanya. Jika tulisan tersebut dimuat dalam media yang tersedia, baik cetak mau pun elektronik, maka ide tulisan itu pun dapat dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru.

Serikat buruh, sebuah organisasi massa ujung tombak perjuangan hak-hak buruh, dapat memanfaatkan media tulisan sebagai salah satu alat perjuangan. Dengan memanfaatkan media tulisan yang ada, serikat buruh dapat mengefektifkan pengorganisasian anggotanya, melakukan pendidikan, bahkan memobilisasi anggota. Tulisan bisa menjadi alat perjuangan yang strategis untuk melawan penindasan terhadap buruh.

Kendati kemudian saya tidak bisa menghadiri pelatihan jurnalistik itu, namun saya sadar bahwa keseharian kaum buruh memang layak untuk diangkat dalam sebuah tulisan. Apalagi, saat ini tidak banyak penulis yang mengkhususkan diri untuk isu-isu perburuhan. Saya semakin terpesona ketika di dunia maya bertemu dengan seorang Rika Amrikasari yang berhasil menerbitkan sebuah cerita hukum berjudul Good Lawyer. Buku ini mendapat banyak pujian, karena berhasil ‘mensastrakan hukum’. Kalimat hukum yang sulit dipahami itu, ia transformasikan dalam kalimat-kalimat cerpen yang sangat indah dan menawan.

Keseharian kaum buruh di bawah cerobong pabrik, di lorong-lorong kumuh kontrakan buruh, dan perjuangan yang tak pernah usai, saya kira lebih menarik untuk diangkat dalam sebuah karya sastra. Saat ini, dibantu beberapa orang Redaksi Majalah Garis, saya mencoba menyusun sebuah memoar tentang kisah-kisah perburuhan. Dan, tentu saja, kami berharap tidak patah semangat untuk mewujudkan impian itu. Salah satunya adalah dengan banyak membaca buku motivasi menulis, salah satunya adalah "Cara Dahsyat Menjadi Penulis Hebat" yang saya rekomendasikan untuk anda. (*)

Ditulis Oleh: Kahar S. Cahyono
Founder Suara Solidaritas


Tulisan ini diikutkan dalam lomba "Saya Ingin Menjadi Penulis Hebat" yang diselenggarakan Sekolah Menulis Online.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Kembali lagi ke atas